penghasilan cover lagu

Fenomena Cover Lagu di Youtube

kmelody.net – Aplikasi Youtube telah menjadi salah satu media bagi mereka yang menyukai dunia seni musik. Dengan kemudahan akses dan upload, setiap orang mampu membuat video musiknya dan disaksikan oleh dunia. Bukan hanya sekedar video musik karya ciptaannya saja, tapi sekedar menyanyikan ulang lagu idola kesayangannya versi pribadi yang disebut juga dengan mencover lagu.

Yang jadi masalah adalah, viewer lebih banyak didapatkan oleh sang cover artist sebutan bagi mereka yang biasa melakukan menyanyikan ulang karya musik orang lain, jauh lebih banyak dari viewer di channel resmi musisi pemilik lagu. Walaupun sang cover artist sudah menyebutkan dengan jelas bahwa ini adalah cover lagu, namun tentu saja ini tidak menguntungkan bagi si pemilik karya. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dicermati dari fenomena ini:

  1. Musisi Menjadi Malas

Bermusik tidak hanya bicara masalah uang, namun merupakan usaha jujur sang musisi untuk menunjukkan bakatnya dalam berkarya. Dengan fenomena cover lagu, musisi menjadi menemukan jalan pintas untuk terkenal. Dengan belum ditegakkannya undang-undang hak cipta dalam bentuk cover artist, membuat siapapun bisa membuat cover video dan mengupload ke media-media sosial dengan tujuan memperkenalkan dirinya sebagai musisi pendatang baru.

musisi jadi malas

Tidak butuh alat khusus dalam pembuatan video ini, cukup jelas suara dan gambar, siapapun dapat membuat video cover artist. Namun ada juga seorang cover artist yang begitu sungguh-sungguh membuat cover video di studio lengkap dengan voice autotunenya. Tentu ini bukan lagi sekedar menyukai lagu yang dicover, bukan?

Baca Juga : Tiga Musisi Tenar dan Tips Pengelolaan Keuangan ala Mereka

  1. Orisinalitas Dalam Berkarya

Ketika wilayah explore tidak lagi menjadi bagian dari seorang musisi, maka rasa penasaran tidak lagi menuntunnya untuk menciptakan suatu karya yang berasal dari perenungan. Dengan demikian, dia sudah menyia-nyiakan bakat musik yang ada dalam dirinya demi ketenaran cepat dan kepopuleran semu. Bahkan ada seseorang yang mendapat julukan spesialis cover artist, hanya karena dalam channel Youtube nya berisi kumpulan cover video dari berbagai musisi baik luar dan dalam negeri.

Fenomena ini memprihatinkan dunia musik Indonesia yang makin kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang memiliki tutur bahasa indah dan ragam budaya yang menarik. Orisinalitas merupakan syarat sebuah karya dengan patokan tidak adanya plagiarism.

orisinalitas dalam berkarya

Dengan video cover artist, bukan hanya pakem plagiarism yang sudah dilanggar, tapi seluruh karya dijiplak dan disajikan ulang dengan berbagai versi. Belum ditegakkannya undang-undang karya cipta terkait dengan penggunaan teknologi membuat fenomena ini terus membesar tanpa bisa dicegah. Namun, pihak Youtube membuat beberapa regulasi terkait cover video ini yang sedikit banyak membantu pihak musisi pemilik karya.

  1. Jati Diri Sang Musisi

Cover dilakukan biasanya karena lagu tersebut sedang populer atau seorang cover artist sangat mengidolakan musisi yang dicovernya. Awalnya mungkin hanya sekedar mengcover lagu tersebut sambil menunjukkan kemampuan sang cover artist kepada masyarakat. Namun dengan respon yang positif, lama-lama cover artist tidak lagi sekedar menjajal kemampuan namun menjadi kebiasaan.

Sang cover artist kemudian lupa tujuan awal bermusiknya, yaitu mengeksplor bakat musiknya untuk menghasilkan karya musik sesuai jati dirinya. Yang nampak kini adalah dia dan lagu cover yang berasal dari berbagai musisi terkenal. Dan label yang diberikan kepadanya adalah sang cover artist. Menyedihkan bukan! Terkenal memang, tapi dengan sebutan membawakan ulang karya musik orang lain. Sehingga ketika mencoba menghadirkan karya pribadi, masyarakat tidak terlalu mengindahkan karena terlanjur lebih menyukai karya covernya.

  1. Viewer Dan Penghasilan

Sudah bukan rahasia umum lagi, cover sebuah lagu yang kemudian diupload ke channel Youtube salah satunya demi mendapatkan ketenaran berupa banyaknya viewer. Ketika viewer yang didapat besar, berarti respon masyarakat terhadap video yang diupload cukup bagus dengan menyediakan waktu menonton video tersebut. Seberapa baik kesan masyarakat dari video bisa disimak dari komen yang diberikan. Namun viewer tetap didapatkan oleh si pemilik channel dan Youtube tetap menghitung setiap viewer ini.

penghasilan cover lagu

Di Amerika, setiap 1000 viewer dihargai 2 dolar. Sedangkan di Indonesia jauh lebih murah. Namun tetap saja menggoda mengingat di Indonesia ada ratusan juta viewer aktif Youtube. Belum lagi mengingat karakter masyarakat Indonesia yang latahan. Ketika ada tren tertentu baik positif maupun negatif, bukannya menjauhi, masyarakat justru mencari tahu atau yang disebut kepo. Tentu ini menjadi ladang subur bagi sang cover artist. Semakin banyak masyarakat yang kepo, maka viewer videonya akan semakin bertambah.

Sebagai contoh, salah satu cover artist mendapat viewer lagu yang dicovernya sebanyak 43 juta sedangkan artis aslinya hanya mendapat viewer sebanyak 38 juta di channel resminya. Kesuksesan ini tentu saja membawa polemik tersendiri mengingat media uploadnya adalah media komersil yang memberikan penghasilan bagi sang cover artist.

 

Fenomena teknologi bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi kesempatan dan kemudahan untuk menjadi tenar dan memiliki penghasilan lebih terbuka lebar, namun di sisi lain ‘orang-orang kreatif’ dengan mengabaikan etika merasa tidak bersalah ketika melakukan cover lagu dengan tujuan monetisasi channelnya. Apapun itu, semoga dunia musik Indonesia dapat terus menghasilkan musisi berkelas dan berkualitas bukan hanya sekedar musisi kelas cover lagu.